Sabtu, 21 Juli 2018

Let me have your baby (00)



PROLOG


Uang adalah manifestasi superpower, atau mungkin bisa disebut sebagai dewa bagi Elektra Hartono.

Sebenarnya ia tidak mendewakan uang tetapi pengalaman pahit di masa lalu menuntunnya pada kesimpulan jika uang adalah segalanya.

Kepercayaan itu tumbuh semenjak keluarganya bangkrut dan terperosok dalam kubang kemiskinan. Hidupnya terlunta-lunta. Ayahnya bunuh diri sementara ibunya yang depresi lalu meninggal dalam kecelakaan tragis—yang mungkin saja disengaja agar ia memperoleh klaim asuransi. 

Elektra tidak memikirkannya terlalu dalam. Cukup mengetahui jika orang tuanya sangat pengecut, memilih meninggalkannya sebatang kara daripada bertahan bersamanya.

Dilingkupi kemarahan dan keputusasaan, Elektra bertekad tidak akan gagal membangun usaha. Lebih baik berkeringat darah daripada terjerembap dalam kemiskinan. Bahkan kematian terdengar lebih bermartabat. Phobia itu mendorongnya untuk disiplin, mandiri, dan pantang menyerah hingga titik darah penghabisan.

Usaha tidak membohongi hasil. Bisnis plan franchise kuliner yang dikembangkannya sewaktu mahasiswa sukses di pasar hingga puluhan ribu outlet. Tak berhenti di sana, Elektra menjalin kerja sama dengan pengusaha asal Jepang menciptakan joint venture yang bergerak bidang bumbu masakan. Bisnis Elektra kian menggurita setelah ia berhasil mengakuisisi 100% saham Surya Kencana yang memiliki jaringan hotel dan restoran.

Malangnya, berkebalikan dengan kesuksesan karirnya, kehidupan pribadi Elektra cenderung terabaikan sehingga ia terlambat menyadari sudah enam bulan ini tidak mengalami datang bulan. Elektra terlalu sibuk menyiapkan akuisisi 100% saham Sahabat Bangun yang bergerak di bidang kontruksi. Saking sibuknya Elektra sempat menunda dua kali jadwal pemeriksaan.

Elektra memasuki ruang yang didominasi abu-abu pucat itu dengan malas. Wajahnya cenderung tanpa ekspresi. Jika bisa memilih, Elektra lebih senang berkutat dalam ruangannya dengan berbagai analisis bisnis yang rumit daripada menerima hasil pemeriksaan.

***

"Dari hasil pemeriksaan, kemungkinan besar penyebab ketidak lancaran menstruasi Anda disebabkan tingginya FSH serta rendahnya esterogen darah... sehingga diagnosa sementara Anda adalah mengalami POI atau primary ovarian insuffiency."

Elektra tenggelam dalam pikirannya sebelum menatap lurus dokter berkacamata tersebut. "Usia saya bahkan belum tiga puluhan, Dok. Rasanya aneh sekali saya sudah mengalami menopause dini."

"POI berbeda menopause dini. Setiap wanita berpeluang menderita POI. Menurut data peluang wanita yang berusia dua puluh tahunan terkena POI adalah 1 di antara 10.000. Dan sampai saat ini 90% kasus POI masih berupa misteri."

Elektra memejamkan mata, berusaha menenangkan dirinya sendiri. "Apakah saya masih berkesempatan memiliki anak, Dok?"

Anak.

Kosakata yang tidak pernah ada di kamusnya, sama seperti menikah. Baginya suami adalah pekerjaannya. Sedangkan anak adalah perusahaannya. Elektra belum berkeinginan membangun keluarga setelah semua yang terjadi dengan orang tuanya.

"5% sampai 10% penderita POI bisa hamil secara normal. Namun beberapa peneliti berpendapat kasus tersebut merupakan spontaneous remission POI artinya mereka mampu hamil karena ovarium mereka kembali berfungsi dengan sendirinya. Jadi, sebelum pemeriksaan lanjutan dan melihat riwayat kesehatan keluarga Anda, saya belum bisa menjawab apakah Anda berpeluang memiliki anak ataukah tidak."

Elektra menghela napas mendengar penjelasan bibi sahabat dekatnya. "Jadi, tidak ada treatmen mengembalikan ovarium saya seperti semula?"

"Tidak ada. Beberapa terapi hormon dan suplemen digunakan mengurangi resiko kesehatan yang berkaitan dengan POI, seperti osteoporosis."

"Jujur saya tidak memikirkan menikah," gumamnya ragu.

"Tapi saya mungkin ingin memiliki anak...."

"Salah satu cara untuk memiliki anak bagi penderita POI adalah bayi tabung dengan donor sel telur."

Ide dokter paruh baya itu membuatnya mengernyitkan alis. "Bayi tabung dengan donor sel telur?"

Tentu Elektra pernah mendengar proses bayi tabung tapi tidak secara detail. "Bayi tabung memiliki prosedur kompleks yang melibatkan pembuahan sel telur dan sperma di luar rahim. Pembuahan yang sudah membentuk embrio akan diletakkan ke rahim ibu sehingga proses tersebut tidak membutuhkan hubungan seksual. Pada kasus POI, wanita kehilangan fungsi ovariumnya untuk memproduksi ovum atau sel telur, rahim mereka masih berfungsi."

"Maksud Dokter, saya butuh ovum dan sperma saja untuk mendapatkan anak?"

"Beberapa negara, donor sel telur ataupun sperma biasanya dilakukan membeli di bank sel telur dan bank sperma. Namun untuk mencoba program bayi tabung ada baiknya Anda melakukan terapi hormon terlebih dahulu dan melihat riwayat keluarga Anda."

"Kenapa?"

"Pengaruh POI berbeda pada setiap wanita seperti saya bilang tadi... Anda masih memiliki kemungkinan untuk hamil jika POI Anda bersifat spontaneous remission."

"Maksud Dokter?"

"Anda berusaha hamil secara normal."

"Cara normal...." Elektra tersenyum miring ketika mengucapkan kata itu.

Dokter yang sebagian rambutnya sudah beruban itutertawa kecil. "Tapi sebelumnya, izinkan saya bicara bukan sebagai dokter Anda melainkan wanita tua cerewet dan mengenal Anda sejak dulu. Kehamilan secara normal dalam pernikahan lebih baik daripada program bayi tabung. Selain itu, program bayi tabung di Indonesia sendiri diperkenankan untuk membantu pasangan suami istri sah. Jadi, tidak bisa dalam kondisi Anda yang masih lajang. Tapi jika Anda berniat melakukan program bayi tabung, saya bisa merekomendasikan rumah sakit di luar negeri..."

"Saya menjalani terapi hormonal saja lalu memutuskan langkah selanjutnya."

Elektra keluar rumah sakit dengan wajah lesu kemudian sopirnya membukakan pintu mobil. "Balik ke kantor lagi, Non?" tanya sopirnya.

Elektra mengangguk pelan lalu memasuki mobilnya. Langit kemerahan memenuhi angkasa yang berlapis awan putih. 

Elektra menghela napas rendah. Maserati hitamnya terjebak macet. Ia pun mengamati jalanan yang sesak dengan lalu lalang kendaraan bermotor. Ia lalu mengalihkan pandangannya ke tepi jalan. Wanita seumuran dengannya sibuk menggendong bayi dengan jarik sambil menenangkan anak kecil yang meraung-raung. Tak jauh dari sana, dua anak kecil yang berusia sekitar lima dan tujuh tahun membantu ibu mereka berjualan. 

Elektra menyadari banyak bayi dan anak kecil di sekitarnya. Pemandangan itu terasa asing di matanya, atau mungkin karena ia tidak pernah memerhatikan sekitarnya. Elektra apatis, tidak pernah memerhatikan sesuatu yang tidak menguntungkan perusahannya. Namun kini di sudut hati kecilnya ada pemberontakan. Ada keraguan dalam logikanya. Perang batin ini membuatnya tersesat dalam labirin kepalanya.

Elektra tak pernah memikirkan anak sebelumnya. Kehilangan kedua orang tua pada usia muda membuat hidupnya kacau balau. Bahkan ia terpaksa meninggalkan bangku kuliah di semester empat.

Elektra menghela napas panjang lalu memijit keningnya. Apakah dia membutuhkan anak? Mampukah dia merawat memberikan kebahagiaan kepadanya? Pertanyaan-pertanyaan itu mulai membuatnya pening.

Kondisi keuangannya saat ini memang sangat baik. Selain perusahaannya, ia memiliki saham di perusahaan lain. Namun apakah semua bisa menjadi jaminan kelak anaknya bahagia?

Tidak ada tahu.

***


Download lengkap cerita ini di googlePLAY

https://play.google.com/store/books/details?id=drJVDwAAQBAJ

#cerita #romance #novel #noveldigital #kisahcinta #novelindonesia #bukudigital #bukanbajakan #wattpad #wattpadindonesia #wattpadrekomendasi #story #love #novelmurah #novelmurahindonesia #pernikahan #pertunangan #bunuhdiri #cintasejati #drama #18+ #kisahcintaindonesia #pertunangan #roman

Tidak ada komentar:

Posting Komentar